Posted by : Unknown
24 Jan 2014
Barisan (sequence) geometric merupakan salah satu contoh barisan sederhana
yang berciri bahwa setiap anggota deret merupakan hasil kali tetapan dari
anggota deret lainnya. Contoh barisan geometric adalah sebagai berikut:
1) 2,
4, 8, 16, 32,… (p.1.a)
2) 1,
2/3, 4/9, 8/27, 16/81,… (p.1.b)
3) a, ar,
ar2, ar3, … (p.1.c)
Contoh tersebut dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Umpamanya,
persamaan p.1.a terjadi pada pertumbuhan populasi bakteri di mediumnya setiap 1
jam. Jadi, nilai suku deret merupakan jumlah bakteri setelah 1 jam, 2 jam, …,
dan seterusnya. Bola pingpong yang dilepas di atas lantai akan dipantulkan oleh
lantai secara lenting sebagian sehingga memenuhi deret pada persamaan p.1.b. Penurunan
ketinggian maksimum bola pingpong terjadi terus-menerus, tinggi maksimum hasil
pantulan lantai adalah 2/3 dari tinggi maksimum sebelumnya. Jarak yang ditempuh
bola itu karena gerak naik-turun dapat ditulis dalam rumusan:
1 + 2( 2/3 ) + 2( 4/9 ) + 2( 8/27 ) + … = 1 + 2[ 2/3 + 4/9 + 8/27 + …] (p.2)
Mengacu pada pernyataan di atas, persamaan 1.a, b, dan c adalah barisan. Sementara itu, persamaan p.2
adalah deret (series). Artinya, deret adalah hasil jumlah dan/atau selisih
suku-suku pada barisan.
Sekarang marilah kita tinjau komponen deret pada persamaan p.2 yang
berbentuk deret tak hingga. Sebelumnya, kita harus mengenal dulu dua jenis
deret yang ada, yaitu deret tak hingga dan deret terhingga. Deret tak hingga
adalah deret hasil jumlah (dan/atau selisih) barisan hingga ke suku tak hingga.
Sementara itu, deret terhingga merupakan hasil jumlah (dan/atau selisih)
suku-suku barisan hingga suku ke-n,
dimana n adalah bilangan terhingga. Komponen
deret yang dimaksud berbentuk:
2/3 + 4/9 + 8/27 + …. (p.3)
Tampak bahwa suku deret itu menuju ke nilai nol pada suku deret (n) yang besar. Secara umum, jumlah
barisan hingga seku ke-n
(dilambangkan dengan Sn)
dan hingga suku ke-n = ∞
(dilambangkan dengan S) dari geometric p.1.c dirumuskan dalam S = a
+ ar + ar2 + … + arn
+ …atau
Sn = { a(1-rn) }/{ 1-r } (p.4)
Melalui pemanfaatan persamaan p.4, deret pada persamaan p.3 sampai dengan
suku ke-n adalah:
Sn = 2/3 + 4/9 +
(2/3)n = { 2/3[1-(2/3)n] }/{ 1-(2/3) } = 2[1-(2/3)n] (p.5)
Jelaslah, persamaan p.5 pada deret tak hingga (n = ∞
) memberikan S bernilai 2. Deret tak hingga (S) lebih mudah dihitung jika
dibandingkan dengan deret terbatas, misalnya saja, ketika n = 12. Mengacu pada persamaan p.5 yang merupakan deret terhingga (Sn), nilai deret tak hingga (S) tidak selalu tak hingga (pada contoh
di atas, S = 2).
Deret pada persamaan p.3 disebut deret (biasa disebut juga jumlah
barisan) geometric yang memiliki
rumus umum berbentuk:
a + ar
+ ar2 + … + arn-1 + … (p.6)
Jumlah dari semua suku barisan geometric ditulis:
Sn merupakan
deret pada penjumlahan barisan sampai dengan suku ke-n atau deret terhingga. Jika |r| < 1, deret pada persamaan p.4
menjadi
S
= a / (1 – r) (p.8)
Deret ini deisebut deret
konvergen karena deret itu memberikan S
terhingga, dan disebut deret divergen
jika S = +∞
atau - ∞
. Kesimpulannya, deret
tak hingga (S) yang nilainya
terhingga disebut deret konvergen, sedangkan S yang nilainya tak hingga disebut deret divergen.
DAFTAR PUSTAKA
Jati, BME; Priyambodo, T.K., 2011: Matematika untuk ilmu Fisika
dan Teknik, edisi 1, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Diberdayakan oleh Blogger.
Posting Komentar