Archive for Desember 2013

I.              Sistem Proteksi
Sistem Proteksi tenaga listrik pada umumnya terdiri dari beberapa komponen yang dirancang untuk mengidentifikasi kondisi system tenaga listrik dan bekerja berdasarkan informasi yang diperoleh dari system tersebut seperti arus, tegangan atau sudut fasa antara keduanya. Informasi yang diperoleh dari system tenaga listrik akan digunakan untuk membandingkan besarannya dengan besaran ambang-batas (threshold setting) pada peralatan proteksi. Apabila besaran yang diperoleh dari system melebihi setting ambang-batas peralatan proteksi, maka system proteksi akan bekerja untuk mengamankan kondisi tersebut.
Definisi system proteksi adalah suatu system pengamanan terhadap peralatan listrik, yang diakibatkan adanya gangguan teknis, gangguan alam, kesalahan operasi, dan penyebab yang lainnya.

II.            Fungsi Relai Pengaman
Telah diuraikan diatas bahwa salah satu usaha untuk memperkecil akibat adanya gangguan pada system adalah menggunakan relai sebagai alat utamanya. Relai pengaman adalah susunan peralatan yang direncanakan untuk dapat merasakan, mengukur adanya gangguan dan menentukan letak gangguan atau mulai merasakan adanya ketidak normalan pada peralatan atau bagian system tenaga listrik dan segera secara otomatis membuka pemutus beban untuk memisahkan peralatan atau bagian dari system yang terganggu dan member isyarat yang berupa lampu dan bel.
Relai pengaman yang selanjutnya disebut relai dapat merasakan atau melihat adanya gangguan pada peralatan yang diamankan dengan mengukur atau membandingkan kebesaran-kebesaran yang diterimanya. Yaitu misalnya arus, tegangan, daya, sudut fase, frekwensi, impedansi dan sebagainya, dengan kebesaran yang telah ditentukan, kemudian mengambil keputusan untuk seketika ataupun hanya member tanda-tanda membuka pemutus beban. Pemutus beban dalam hal ini harus mempunyai kemampuan untuk arus hubung singkat maksimum yang melewatinya dan juga harus menutup rangkaina dalam keadaan hubung singkat yang kemudian membuka kembali. Pemutus beban umumnya dipasang pada generator, trafo daya, saluran transmisi, saluran distribusi dan sebagainya sedemikian rupa sehingga masing-masing bagian system dapat dipisahkan sehingga system lainnya tetap dapat beroperasi secara normal.
Pada system tegangan menengah dan tegangan rendah ada kalanya sekering digunakan sebagai relai dan pemutus beban bersamaan.
Disamping tugas diatas relai juga berfungsi menunjukan lokasi dan macam gangguannya. Dengan data tersebut memudahkan analisa gangguannya. Dalam beberapa hala reali hanya member tanda adanya gangguan atau kerusakan, jika dipandang gangguan atau kerusakan tersebut tidak segera membahayakan.
Dari uraian diatas maka relai pengaman pada system tenaga listrik berfungsi untuk :
  •      Mengurangi kerusakan yang lebih parah dari peralatan yang terganggu.
  •      Memperkecil bahaya bagi manusia
  •      Merasakan mengukur dan menentukan bagian system yang terganggu serta memisahkan secepatnya sehingga sistem lainnya yang tidak terganggu dapat beroperasi secara normal.
  •      Memberitahu operator adanya gangguan dan lokasinya (announciation)
  •        Melepaskan bagian system yang terganggu (fault clearing)
  •      Mendeteksi adanya gangguan atau keadaan abnormal lainnya pada bagian system yang diamankannya. (fault detection)
  •      Mengurangi pengaruh gangguan terhadap bagian system yang lain yang tidak terganggu didalam system tersebut disamping itu mencegah meluasnya gangguan.



Penyaluran tenaga listrik harus mempunyai kualitas yang  baik, andal dan kontinuitasnya harus terjamin. Sedang dari uraian diatas gangguan pada sistem tenaga listrik ada yang tidak dapat dihindari, mengingat pertimbangan tekno ekonomi. Untuk mengusahakan memperkecil kemungkinan terjadinya gangguan dapat diusahakan dengan cara sebagai berikut :

  • Memakai isolasi yang baik untuk semua peralatan.
  • Membuat koordinasi isolasi yang baik antara ketahanan isolasi peralatan dan arester ataupun batang tanduk.
  • Memakai kawat dan membuat tahanan tanah kaki menara sekecil mungkin serta selalu diadakan pengecekan.
  • Membuat perencanaan yang baik untuk mengurangi pengaruh luar dan menguranai atau menghindarkan sebab-sebab gangguan mekanis, polusi, kontaminasi, binatang dsb.
  • Pemasangan yang baik, yaitu pada saat pemasangan harus mengikuti peraturan-peraturan yang betul.
  • Menghindari kemungkinan kesalahan operasi yaitu dengan membuat prosedur tata cara operasional (standing operational procedur, SOP) dan diadakan jadwal pemeliharaan yang rutin.
  • Memasang kawat tanah pada SUTT dan gardu induk untuk melindungi terhadap sambaran petir.
  • Memasang arester untuk mencegah kerusakan pada peralatan akibat sambaran petir.
Walaupun langkah-langkah untuk mencegah terjadinya gangguan secara teknis dapat dilakukan, tetapi ada yang membatasinya, yaitu faktor ekonomis. Artinya kita tidak dapat mencegah seluruh kemungkinan terjadinya gangguan oleh sebab faktor ekonomis dan faktor alam.
dengan demikian kita terima pendapat bahwa "gangguan boleh saja terjadi pengaruh akibat gangguan tadi harus dibuat sekecil mungkin atau kontinuitas penyaluran tidak terganggu". Ada beberapa cara untuk mengurangi pengaruh gengguan yaitu:

1.   Mengurangi akibat gangguan.

· Membatasi arus hubung singkat yaitu dengan menghindari konsentrasi pembangkitan atau dengan memakai impedansi pembatas arus, pemasangan tahanan atau reaktansi untuk sistem pentanahannya sehingga arus gangguan satu fase terbatas. Pentanahan dengan kumparan peterson, dalam hal ini arus gangguan satu fase ke tanah sangat kecil.
·   Memakai peralatan yang mampu terhadap terjadinya arus hubung singkat.

2. Memisahkan bagian sistem yang terganggu secepatnya bila dengan memakai pengaman lebur atau dengan relai pengaman dan pemutus beban dengan kapasitas pemutus yang memadai.
3.  Merencanakan agar bagian system yang terganggu bila harus dipidahkan dari system tidak akan mengganggu operasi system secara keseluruhan atau penyaluran tenaga listrik ke konsumen tidak terganggu.
Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan:

·         Memakai saluran ganda atau saluran yang membentuk gelang.
·         Memakai penutup balik otomatis.
·         Memakai generator cadangan putar atau pembangkit siap pakai.

4.  Stabilitas system agar tetap dipertahankan selama terjadi gangguan yaitu dengan memakai pengatur tegangan otomatis yang cepat dan karakteristik kestabilan generator yang memadai, serta menggunakan relai pengen bekerja cepat.
5. Membuat data/pengamatan gangguan yang sistematis dan efektif misalnya dengan menggunakan langkah-langkah pencegahan lebih lanjut.


Jadi jelas bahwa relai pengaman berikut pemutus tenaga adalah satu cara bukan untuk menghindari gangguan tetapi berfungsi setelah terjadi gangguan untuk mengurangi akibat gangguan dengan memisahkan bagian sistem yang terganggu dari sistem keseluruhan secepat mungkin. Aspek relai pengaman di pertimbangkan dalam merencanakan suatu sistem tenaga listrik secara keseluruhan. Dalam batas ekonomi suatu sistem tenaga listrik harus direncanakan sedemikian rupa sehingga mempunyai tingkat perlindungan / pengamanan yang memadai.
PERCOBAAN V
PRAKTIKUM PENGUAT TRANSISTOR KOLEKTOR BERSAMA  (COMMON COLLECTOR)

  I.            Tujuan
Setelah melaksanakan  percobaan ini, anda diharapkan dapat memahami sifat rangkaian penguat transistor kolektor bersama.
  II.          Pendahuluan
Untuk melakukan penguatan sinyal digunakan komponen aktif, misalnya transistor. Rangkaian penguat dengan menggunakan transistor ini memiliki bermacam-macam konfigurasi dengan sifat yang berbeda-beda.
Pada percobaan ini akan dilihat sifat rangkaian penguat dengan mengggunakan transistor yang memiliki konfigurasi kolektor bersama.
III.          Peralatan
Utama                : Papan plug-in
                             Catu-daya tegangan utama
                             Penghamabat 100Ω, 4k7Ω, 47kΩ 82kΩ dan 100kΩ
                             2 kapasitor 10uF/35V
                             Transistor BC 547
Pendukung        : Generator sinyal
                             Osiloskop

IV.          Langkah kerja                                    
1.      Penguat sinyal
a.      Siapkan papan plug-in, catu daya tegangan utama, generator sinyal, penghambat 100Ω, 4k7Ω, 82kΩ, 100kΩ, 2 kapasitor 10uF/35V, transistor BC 547, dan osiloskop.
b.      Dalam keadaan catu daya tegangan utama dan generator sinyal mati, buatlah rangkaian seperti pada gambar 5.1 pada papan plug-in.

Gambar 5.1

c.       Hidupkan catu daya tegangan utama.
d.      Atur agar besar sinyal pada Ch.1 dan frekuensi gelombang sinus sesuai dengan gambar.
e.       Sketsa gambar yang tampak pada osiloskop pada grafik.
f.       Isi dan lengkapi tabel.
g.      Matikan catu daya tegangan utama dan generator sinyal.

Tabel 5.1
No
VA(milvolt)
Vout(Volt)
AV
1



2




2.      Impedansi masukan
a.       Masih menggunakan rangkaian yang sama dengan gambar 5.1.
b.      Putuskan titik A, kemudian serikan generator sinyal dengan penghambat 100k.
c.       Hidupkan catu daya tegangan utama dan generator sinyal.
d.      Atur agar besar sinyal titik A’1V.
e.       Dengan menggunakan osiloskop Ch.1 lihat besar sinyal pada titik A.

Ch1… V/Div


… S/Div                      


Ch1… V/Div  


f.       Lengkapi tabel 5.2.

Tabel 5.2
No
VA(mV)
VA¢(Volt)

1



 
2




g.      Matikan catu daya tegangan utama dan generator sinyal.
3.      Impedansi keluaran
a.       Masih menggunakan rangkaian yang sama denga gambar 5.1
b.      Hidupkan catu daya tegangan utama dan generator sinyal.
c.       Catat tegangan keluaran pada Tabel 5.3 (VO).

Tabel 5.3
No
Vo(V)
Vo’(Volt)
1



2




d.      Hubungkan penghambat 100Ω pada keluaran rangkaian sebagai beban.
e.       Catat kembali tegangan keluaran pada tabel 5.3 (VO’).
f.       Lengkapi tabel 5.3.
g.      Matikan tegangan catu daya tegangan utama dan generator sinyal.

V.            Tugas
Buatlah kesimpulan dari hasil percobaan diatas ?

Praktikum Transistor Sebagai Saklar

23 Des 2013
Posted by Unknown
Tag :
PERCOBAN IV
PRAKTIKUM TRANSISTOR SEBAGAI SAKLAR

  I.            Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini, anda diharapkan dapat menjelaskan kondisi suatu transistor yang berfungsi sebagai saklar.

II.            Pendahuluan
Selain sebagai penguat sinyal, transistor dapat juga digunakan sebagai saklar dengan jalan memberi tegangan dengan tingkat tertentu lewat basis. Bila dilihat dari daerah kerjanya, transistor dalam hal ini berada pada daerah jenuh bila menyala dan pada daerah sumbat bila mati. Sedangkan pada keadaaan transisi, yaitu dari mati ke hidup atau sebaliknya, transistor memasuki daerah mati sesaat.
Karena sebagian besar daerah kerjanya jenuh dan sumbat, maka disipasi daya kecil. Bila transistor dipakai pada aplikasi switching kecepatan tinggi, maka keadaan transisi patut diperhitungkan, karena disipasi daya yang terbesar terjadi pada daerah aktif.
Pada percbaan kali ini akan dilihat keadaan transistor pada keaddaan hidup dan mati, yang akan menjadi  dasar bagi percobaan ini. beban yang digunakan adalah sebuah LED.

III.          Peralatan
Utama               : Papan plug in
                             Saklar
                              Penghambat 10kΩ dan 1kΩ
                               Lampu LED
Pendukung           : Multimeter digital

IV.          Langkah kerja
1.      Siapkan papan plug-in, catu-daya tegangan utama, saklar, penghambat 10kΩ dan 1kΩ,lampu LED, dan multi meter digital.
2.      Dengan keadaan saklar terbuka, buat rangkaian seperti pada Gambar 4.1

Gambar 4.1

3.      Lengkapi tabel 4.1.
Tabel 4.1
No
Kondisi Saklar
VA(volt)
VB(volt)
Keadaan LED (Hidup/Mati)
1
Mati



2
Hidup




V.            Tugas
Buatlah kesimpulan dari hasil percobaan diatas?
Diberdayakan oleh Blogger.
Welcome to My Blog

Labels

Blogger templates

Follow Me !

Pengikut

- Copyright © MEKA TRONIKA -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -